SKYLAB dan Solar Maximum Mission

            Jatuhnya satelit raksasa Skylab tahun 1979 merupakan pelajaran berharga akibat ketidakmampuan prediksi siklus matahari dengan baik. Akibat gesekan dengan atmosfer bumi orbit satelit sedikit demi sedikit akan turun dan akhirnya jatuh ke bumi. Orbit Skylab pada awalnya cukup tinggi di lapisan termosfer, sehingga gangguan gesekan atmosfer dapat diabaikan. Jumlah bintik matahari yang tinggi berasosiasi dengan aktivitas lapisan korona yang semakin bergolak. Lapisan dengan temperatur jutaan derajat dapat dipandang sebagai sumber pemancar radiasi sinar-X. Radiasi energi tinggi ini akan memanaskan lapisan atas atmosfer bumi. Akibatnya atmosfer bumi akan mengembang dan menyentuh orbit Skylab. Siklus matahari minimum terjadi tahun 1976.

            Saat itu sangatlah sedikit bintik matahari, bahkan selama beberapa bulan tdak tampak aktivitas bintik matahari. Jadi para ahli optimis saat maksimum pada tahun 1980, jumlah bintik matahari tidak setinggi siklus sebelumnya. Mereka juga merencanakan untuk memperbaiki Skylab dengan pesawat ulang-alik.

            Semua perkiraan dan rencana menjadi buyar, ketika siklus baru mulai terjadi. Laju kelahiran bintik matahari jauh lebih cepat daripada yang diduga. Fase maksimum terjadi bulan Desember 1979, merupakan kedua paling tinggi dalam 200 tahun. Atmosfer bumi dengan cepat merespons tumbukan ion-ion energi tinggi. Gesekan atmosfer bumi yang memanas dan mengembang terhadap Skylab semakin tinggi. Pada 11 Juli 1979 sudah dipastikan bahwa Skylab akan jatuh ke bumi, setelah 35 000 kali mengorbit bumi. Kepingan seberat 850 kg jatuh di Australia dan kepingankepingan kecil lainnya menyebar sepanjang 6400 km. Tidak ada korban manusia dalam kecelakaan, akibat ketidaktahuan amplitudo dinamika siklus matahari ini.

            Kejadian yang sama juga menimpa satelit yang dirancang khusus untuk pengamatan matahari, Solar Maximum Mission (SMM) yang diluncurkan tahun 1980 dengan ketinggian 574 km (lapisan termosfer). Saat peluncurannya matahari sedang menuju fase maksimum. Akibatnya ketinggian orbit SMM turun dengan cepat menjadi 500 km pada tahun 1983. Laju penurunan mengecil saat siklus matahari menuju minimum, akan tetapi ketinggian tersebut rentan terhadap siklus matahari berikutnya. Tahun 1987 ketinggian satelit menjadi sekitar 480 km, yaitu saat fase minimum. Ketika matahari kembali aktif, dengan cepat orbit satelit turun menjadi 440 km pada tahun 1989. Gaya gesekan atmosfer terhadap satelit semakin besar seiring dengan semakin besarnya kecepatan orbit satelit atau semakin rendah ketinggiannya. Akhirnya, satelit SMM mengakhiri misinya yaitu jatuh ke bumi pada bulan Desember 1989. Pengalaman pahit yang menimpa kedua satelit menempatkan NASA pada prioritas ketinggian orbit di atas 600 km, meskipun berarti menambah biaya peluncuran satelit.

Gambar 1. Siklus matahari ribuan tahun lampau. Titik nol adalah tahun 1950 dan BP = Before Present; SN = Sunspot number.



KLIK DISINI Baca Info Menarik Selanjutnya :)

KLIK DISINI Kembali ke menu ASTRONOMY J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUGUS BINTANG

LUMINOSITAS, FLUKS & MAGNITUDO BINTANG

Pengamatan PENAPIS Hα dan Ca II