LEDAKAN MATAHARI / Flare

            Ledakan matahari terjadi akibat energi yang tersimpan dalam medan magnetik dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat karena hubungan pendek medan magnetik yang berbeda polaritasnya. Kejadiannya mirip dengan fenomena halilintar, akibat bertemunya energi listrik yang tersimpan dalam awan-awan. Proses hubungan pendek terjadi pada lapisan kromosfer atau korona. Energi yang dilepaskan ledakan ini setara dengan jutaan kali bom atom Hiroshima. Semua rentang energi elektromagnetik dipancarkan dari gelombang radio sampai sinar gamma

Gambar 1. Evolusi ledakan matahari (flare) yang diikuti surge dalam lapisan kromosfer yang diabadikan dengan filter Hα.

            Setelah hubungan pendek, elektron dipercepat mencapai kecepatan sangat tinggi dalam materi plasma sehingga memancarkan radiasi yang disebut radiasi sinkroton. Partikel kecepatan tinggi juga mengalir sepanjang medan magnetik menuju ke lapisan atmosfer bawah, yaitu lapisan kromosfer yang mempunyai kerapatan per satuan volume lebih padat. Akibat tumbukan antara partikel-partikel terjadi pancaran panas atau cahaya yang dapat dideteksi oleh pengamat di bumi. Seringkali diamati pula sinar-X kuat pada saat terjadi ledakan matahari. Struktur bintik matahari dengan medan magnetik yang terpuntir umumnya mudah melahirkan ledakan matahari yang hebat.

            Sangat jarang terjadi partikel-partikel kecepatan tinggi yang dihasilkan ledakan matahari menembus lapisan fotosfer yang kerapatannya jauh lebih padat dibandingkan lapisan kromosfer dan korona. Ledakan matahari jenis ini (white-light flare) pertama kali diamati oleh Richard Carrington yang terjadi pada tanggal 1 September 1859. Ledakan matahari melemparkan partikel-partikel bermuatan dengan kecepatan tinggi ke ruang antar planet, dan dapat mencapai bumi. Akibatnya terjadi gangguan pada lapisan ionosfer bumi atau lapisan magnetik bumi, seperti terjadinya aurora, terputusnya transmisi radio bahkan aliran litrik karena induksi. Ledakan matahari dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 1 (Lontaran Matahari Skala Kecil/Surge), yang diambil dengan penapis H-alpha.

            Peristiwa gempa, analogi dengan di bumi, juga terjadi setelah ledakan matahari terjadi. Fenomena yang menakjubkan ini terekam oleh satelit SoHO dengan detektor Michelson Doppler Imager (MDI). Gempa akibat ledakan matahari seperti Gambar 3 (Bintik Matahari) terjadi pada tanggal 6 Juli 1996. Lingkaran gempa dari gelombang seismik mencapai garis tengah 100 000 km dan menjalar dengan kecepatan tinggi. Helioseismologi sekarang berkembang dengan pesat dengan tujuan melakukan tomografi interior matahari.

KLASIFIKASI DALAM SINAR-X

            Rentang energi yang dilepaskan flare sangat besar, sehingga perlu dilakukan klasifikasi berdasarkan energi dan kenampakannya. Klasifikasi ini juga bergantung terhadap lapisan atmosfer dimana ledakan itu terjadi. Di lapisan korona, ledakan matahari digolongkan menurut energi dalam panjang gelombang sinar-X, sedangkan dalam lapisan kromosfer terdapat penggolongan dalam panjang gelombang Hα. Klasifikasi sinar-X terdiri dari kelas A, B, C, M atau X yaitu sesuai dengan fluks puncak pada panjang gelombang 100 — 800 picometer yang terukur oleh satelit GOES (dalam satuan watts permeter persegi, W/m²).

            Tingkatan kekuatan per kelas adalah 10 kali lebih tinggi dari kelas sebelumnya atau dibagi dalam skala 1 sampai 9. Dengan demikian kelas X2 adalah dua kali lebih kuat dari kelas X1. Kelas ledakan matahari yang sangat kuat, yaitu kelas M dan X, berpengaruh terhadap banyak fenomena di lingkungan geomagnetik. Dua buah ledakan matahari yang besar terjadi tanggal 16 Agustus 1939 dan 2 April 2001. Ledakan yang pertama mematikan jaringan listrik di Kanada Utara. Kedua ledakan tersebut berada dalam kelas X20.

            Ledakan lebih hebat lagi terjadi tanggal 4 November 2003 dengan kelas X28. Oleh karena saturasi di dalam detektor satelit, kelas sesungauhnya diperkirakan mencapai X40 atau X45, berdasarkan efek yang terjadi di bumi. Ledakan matahari terkuat dalam kurun waktu 500 tahun terakhir terjadi bulan September 1959, yaitu ketika diamati secara visual di lapisan fotosfer oleh Richard Carrington. Efek peristiwa ini dapat dilacak dari kelimpahan radioaktif Nitrat dan Berillium 10 di daerah Greeniand

Gambar 2. Efek peristiwa ledakan matahari terhadap lingkungan di bumi.


KLIK DISINI Baca Info Menarik Selanjutnya :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUGUS BINTANG

LUMINOSITAS, FLUKS & MAGNITUDO BINTANG

Pengamatan PENAPIS Hα dan Ca II